Rabu, 08 Juni 2016

Ramdhan Bagi para Pengungsi Yunani, tak ada Kurma dan Susu

Ramadhan bagi para pengungsi di Yunani, tidak ada kurma atau susu
Sara tidak akan memakan makanan tradisional untuk berbuka puasa Ramadhan tahun ini.
“Di Afghanistan, kami memiliki makanan yang disebut bolani (sejenis roti tipis) dan kami memakannya dengan tomat dan kentang, dan jus buah, itu semua begitu lezat,” ujarnya penuh kerinduan.
“Tapi di sini kami harus memakan makanan yang mereka berikan kepada kami,” tambahnya.
Gadis berusia 17 tahun yang berasal dari Kabul, saat ini tinggal bersama orangtuanya dan lima saudaranya di kamp Elionas dekat Athena.
Bagi 50.000 pengungsi yang saat ini terjebak di Yunani, Ramadhan pasti akan berbeda tahun ini.
Di bulan suci Ramadhan, bagi orang-orang yang beriman, mereka menahan diri dari makan dan minum dari sebelum matahari terbit hingga waktu maghrib. Tetapi di tahun ini mungkin akan sedikit lebih sulit bagi para pengungsi di Yunani. Di Yunani, matahari terbit pukul 04.00 waktu setempat dan terbenam hampir pukul 21.00 waktu setempat, berarti Muslim akan berpuasa selama 17 jam.
Tenda yang terdapat cap UNHCR sangat mencekik, dan pendingin udara hanya fitur untuk minoritas yang cukup beruntung yang tinggal di beberapa kabin.
Bahkan ketika waktu berbuka puasa datang, kamp mengeluarkan makanan seperti makaroni pasta yang tidak lagi hangat atau spaghetti dengan sedikit protein dan beberapa sayuran, membuat orang yang melihatnya tidak memiliki selera untuk memakannya.
Beberapa pengungsi hanya memiliki jatah 1,5 liter air minum dalam kemasan per hari.
Keluarga Sara melarikan diri dari Afghanistan karena ayahnya diancam. Mereka telah berada di Yunani selama tiga bulan dan semakin frustasi karena kurangnya informasi atau harapan.
“Tapi mungkin Ramadhan akan membuat hal-hal menjadi lebih baik, kami akan lebih dekat dengan Allah,” ujarnya kepada koresponden MEE di Athena.
Suka cita Ramadhan juga diredam di pelabuhan Piraeus di Athena, di sebuah kamp informal yang merupakan rumah bagi 1.500 pengungsi dari Afghanistan dan Suriah. Otoritas telah mencoba untuk membuat warga pergi ke kamp-kamp resmi di tempat lain di Yunani.
Para relawan di sana telah mendistribusikan makanan lebih dari normal, untuk berbuka puasa pada pukul 20.45. Tapi ada ketegangan dalam antrian karena beberapa dari pengungsi belum mendapatkan makan setelah menunggu jatah mereka dan orang-orang banyak yang mengeluh tentang kurangnya air.
Seperti malam sebelumnya, makanan terdiri dari nasi putih dengan sepotong ayam kecil, dan keju.
Tidak ada kurma atau susu
Makanan untuk sahur dikirimkan sekitar pukul 02.00, ujar para pengungsi. Sehingga ada waktu untuk semua orang untuk memakan jatah makanan mereka sebelum matahari terbit.
“Tidak ada makanan khusus Ramadhan,” ujar seorang pengungsi asal Suriah yang tidak ingin menyebutkan namanya kepada MEE.
“Tidak ada kurma atau susu, hanya keju, roti, kentang, kentang, kentang,” lanjutnya.
Kurma dan susu atau yoghurt adalah makanan yang biasa dihidangkan untuk berbuka puasa bagi warga Suriah.
Saat ditanya apa yang ingin ia makan, ia menjawab: “Ketika saya berpikir tentang apa yang ingin kami makan di Ramadhan tahun lalu, semuanya ingin mouloukhia dan nasi,” ujarnya mengacu pada hidangan sayuran tradisional.
Penduduk mengatakan ada sekitar 150 orang di kamp yang tidak berpuasa, kebanyakan dari mereka tengah sakit atau lanjut usia.
Segelintir relawan mendistribusikan teh dan gula dari troli belanja. “Kami berusaha untuk memberikan kurma dan makanan manis untuk Ramadhan,” ujar salah satu relawan kepada MEE.
Di kamp lainnya, beberapa warga memilih untuk memasak sendiri menggunakan bahan-bahan yang mereka miliki.
Meskipun air mengalir sedikit dan tidak ada listrik, mereka menyiapkan makanan mereka sendiri untuk Ramadhan.
Hala (28), dari Latakia, Suriah, tinggal di kamp Ritsona di utara Athena bersama suami dan anaknya, ia bersikeras akan memasak untuk keluarganya Ramadhan tahun ini menggunakan bahan yang tersedia.
Dia dan keluarganya yang tinggal di tenda-tenda berdekatan, menggunakan sebuah kompor gas kecil dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk berbuka puasa.
“Kami memiliki daun anggur, jadi saya membuat makanan dari bahan itu yang dicampur dengan ayam,” ujarnya.
“Dan mungkin aku akan membuat maqlouba. Kami ingin makan dengan baik,” lanjutnya.
A’ieda (26) dari Aleppo, Suriah, yang juga tinggal di kamp Ritsona, juga berusaha untuk memasak makanan sendiri, daripada menunggu jatah makanan yang menurutnya “bukan untuk dimakan”.
Dia menjelaskan bagaimana ia dengan senang hati mempersiapkan kentang, mahshi, sayuran, untuk suami dan empat anaknya.
“Kami memiliki kompor kecil, dan persediaan, dan saya akan memasak selama Ramadhan. Kami akan memakan makanan yang baik dan makanan yang mereka berikan tidaklah baik.”
Menurutnya, beberapa bahan dan sumber daya yang ia miliki cukup untuk membuat Ramadhan tahun ini jauh lebih baik, ketimbang saat ia dan keluarganya masih berada di Aleppo.
“Tahun lalu Ramadhan di Aleppo sangat sulit. Tidak ada uang dan tidak ada pekerjaan. Kami tidak bisa makan banyak karena semuanya telah menjadi begitu mahal,” ungkapnya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Selasa, 07 Juni 2016

Kiat Tampil Cantik Bagi Muslimah diBulan Ramadhan



Oleh: Threes Emir
Hari ini, umat muslim telah memasuki hari ke-dua menjalani ibadah Puasa di bulan nan suci, Ramadhan.
Salah satu kebiasaan orang Indonesia yang suka sekali kumpul-kumpul semakin terlihat di Ramadhan. Ajang buka Puasa pun dijadikan alasan untuk janji jumpa dan bersilaturahmi.
Jadi, jangan heran jika sebagian besar wanita sudah menyiapkan setumpuk kerudung yang akan dikenakan selama bulan Ramadhan, apalagi tiga tahun belakangan ini, hadir aneka gaya kerudung cantik yang memungkinkan wanita memilih dengan leluasa.
Bahan (materi) yang digunakan juga amat beragam, mulai dari katun hingga voile, bahkan sutera.
Mau yang polos atau bermotif, semua tersedia. Tinggal memilih dari begitu banyak yang ditawarkan.

Namun, tunggu dulu... justru persoalan sering timbul karena kita salah dalam memilih.
Nah, contohnya, wanita bertubuh mungil membeli kerudung dengan motif bunga dengan ukuran besar, jelas yang begini akan menimbulkan efek: tidak seimbang.
Sebab, motif bunga berukuran besar akan “menenggelamkan” wajah wanita bertubuh mungil tersebut.

Bukan hanya pemilihan motif yang sering menimbulkan efek yang kurang pas, masih banyak hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Beberapa di antaranya:

1.Pilih materi kerudung sesuai dengan kesempatan. Bahan katun atau paris dan voile, sangat sesuai dikenakan untuk siang hari karena sifatnya yang cukup bisa menyerap keringat.

2.Untuk pemakaian di luar ruangan, pilih bahan yang cukup tipis namun rapat (benangnya) supaya dapat melindungi kepala dari sinar matahari.

3. Untuk acara sore hingga malam hari, katun-poliester, satin atau sutera bisa menjadi pilihan.

4. Motif atau polos? Tentu tergantung pada busana yang Anda kenakan. Paling mudah diingat adalh hindarkan kesan tabrak-lari, artinya busana bermotif dipadukan dengan kerudung yang juga bermotif ramai.

5. Bila Anda ingin menambah koleksi kerudung, cobalah untuk mengatur ulang koleksi yang sudah ada, sesuai dengan kesempatan.
Artinya tumpuklah menjadi satu, kerudung untuk pagi-siang hari. Lalu, pada tumpukan lain: untuk sore hari.  Tumpukan terakhir, untuk kesempatan istimewa (misalnya menghadiri pesta atau undangan resmi).
Dengan begini, Anda akan segera mengetahui bahwa yang perlu ditambah koleksinya adalah bagian mana. Ini memudahkan Anda ketika berencana untuk membeli kerudung.

6. Cara memakai kerudung yang pas. Pertama, sesuaikan dengan waktu, acara dan lingkungan. Kedua, jangan berlebihan. Ketiga, ingat bahwa kerudung adalah bagian dari busana atau pelengkap.

Jadi, hal yang perlu dihindari menyematkan aksesori berlebihan. Bros, misalnya, atau pita, dan sekaligus menata kerudung dalam gaya bertumpuk-tumpuk.
Mengkombinasikan dua warna dalam pemakaian kerudung bisa tampak cantik, bisa terdiri dari dua warna yang komplementer atau kontras, asalkan diatur keseimbangannya.

Menggabungkan  bahan polos dengan yang bermotif juga bisa menarik, asalkan Anda piawai dalam hal pemilihan warna.

Selain itu, yang perlu dihindari adalah cara menata yang terlalu rumit, masih ditambah dengan memakai bros, pita, dan untaian kerudung berbentuk bunga yang disematkan di atas/samping kepala. Penampilan yang demikian membuat perhatian orang akan tertuju pada kerudung Anda dan bukan kepada Anda.

Faktor apa lagi yang perlu diperhatikan wanita yang mengenakan kerudung? Make-up sudah pasti.
Artinya, cara memoleskan, eye shadow, alis, eye liner, maskara, di atas bedak, menentukan efek seperti apa yang ingin Anda capai. Efek natural atau eye catching? Efek naked atau mencengangkan?

Kemudian, yang perlu dijaga adalah kesinambungan antara make up dan kerudung yang Anda pakai.
Kerudung polos berwarna pastel (krem, oker, biru muda) akan tampak serasi dipadukan dengan make up natural. Lalu, kalau ingin ada aksen, pilih warna lipstik yang menonjol.

Jangan lupakan juga perawatan rambut. Banyak wanita yang merasa tidak perlu lagi merawat rambutnya, toh sudah tidak terlihat lagi, tertutup kerudung.
Sikap seperti ini salah. Sebab, rambut tetap membutuhkan perawatan, malah seharusnya Anda merawat secara lebih baik, mengingat selama beberapa jam dalam sehari, rambut Anda tertutup kerudung.
Berikut beberapa hal paling penting untuk Anda lakukan adalah:

1.Segera buka kerudung setelah tiba di rumah. Sikat rambut Anda dengan sikat bergerigi besar, mulai dari tengkuk sampai ke ujung rambut, dengan posisi badan Anda membungkuk ke depan.

2. Usahakan untuk mencuci rambut dengan sampo yang sesuai setiap dua hari. Pakailah tonik, dan keringkan secara alami.

3.Lebih baik menghindari pemakaian hair dryer karena membuat rambut menjadi mengering.

4.Usahakan melakukan creambath paling tidak setiap dua minggu.

Bila semua hal di atas Anda lakukan, mudah-mudahan rambut Anda tetap sehat, penampilan keseluruhan Anda dengan berkerudung juga menarik karena ada keserasian antara busana dan rias wajah.

Kamis, 02 Juni 2016

Sejarah Awal Penjajahan di indonesia


Sejarah Penjajahan di indonesia
Zaman Portugis
Keahlian bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan memungkinkan mereka untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga [2] dan untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma. Upaya pertama Portugis untuk menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan menyambut tawaran kerjasama dari Kerajaan Sunda.
Pada awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan perdagangan penting di pantai utara Pulau Jawa sudah dikuasai oleh Kesultanan Demak, termasuk dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Cirebon. Khawatir peran pelabuhan Sunda Kelapa semakin lemah, raja Sunda, Sri Baduga (Prabu Siliwangi) mencari bantuan untuk menjamin kelangsungan pelabuhan utama kerajaannya itu. Pilihan jatuh ke Portugis, penguasa Malaka. Dengan demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk meminta Portugis menandatangani perjanjian dagang, terutama lada, serta memberi hak membangun benteng di Sunda Kelapa.[3]
Pada tahun 1522, pihak Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh akses perdagangan lada yang menguntungkan. Tahun tersebut bertepatan dengan diselesaikan penjelajahan dunia oleh Magellan.
Komandan benteng Malaka pada saat itu adalah Jorge de Albuquerque. Tahun itu pula dia mengirim sebuah kapal, São Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique Leme, ke Sunda Kalapa disertai dengan barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada raja Sunda. Dua sumber tertulis menggambarkan akhir dari perjanjian tersebut secara terperinci. Yang pertama adalah dokumen asli Portugis yang berasal dari tahun 1522 yang berisi naskah perjanjian dan tandatangan para saksi, dan yang kedua adalah laporan kejadian yang disampaikan oleh João de Barros dalam bukunya “Da Asia”, yang dicetak tidak lama sebelum tahun 1777/78.
Menurut sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda menyambut hangat kedatangan orang Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya dan Barros memanggilnya “raja Samio”. Raja Sunda sepakat dengan perjanjian persahabatan dengan raja Portugal dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis. Dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal; keduanya ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1522.
Pada dokumen perjanjian, saksi dari Kerajaan Sunda adalah Padam Tumungo, Samgydepaty, e outre Benegar e easy o xabandar, maksudnya adalah “Yang Dipertuan Tumenggung, Sang Adipati, Bendahara dan Syahbandar Sunda Kelapa”. Saksi dari pihak Portugis, seperti dilaporkan sejarawan Porto bernama João de Barros, ada delapan orang. Saksi dari Kerajaan Sunda tidak menandatangani dokumen, mereka melegalisasinya dengan adat istiadat melalui “selamatan”. Sekarang, satu salinan perjanjian ini tersimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Pada hari penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan Sunda bersama Enrique Leme dan rombongannya pergi ke tanah yang akan menjadi tempat benteng pertahanan di mulut Ci Liwung. Mereka mendirikan prasasti, yang disebut Luso-Sundanese padrão, di daerah yang sekarang menjadi Kelurahan Tugu di Jakarta Utara. Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan padrao saat mereka menemukan tanah baru. Padrao tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Portugis gagal untuk memenuhi janjinya untuk kembali ke Sunda Kalapa pada tahun berikutnya untuk membangun benteng dikarenakan adanya masalah di Goa/India.
Perjanjian inilah yang memicu serangan tentara Kesultanan Demak ke Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan berhasil mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Tanggal ini di kemudian hari dijadikan hari berdirinya Jakarta.
Gagal menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatian ke arah timur yaitu ke Maluku. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan para pemimpin lokal, bangsa Portugis mendirikan pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di Indonesia bagian timur termasuk pulau-pulau Ternate, Ambon, dan Solor. Namun demikian, minat kegiatan misionaris bangsa Portugis terjadi pada pertengahan abad ke-16, setelah usaha penaklukan militer di kepulauan ini berhenti dan minat mereka beralih kepada Jepang, Makao dan Cina; serta gula di Brazil.
Kehadiran Portugis di Indonesia terbatas pada Solor, Flores dan Timor Portugis setelah mereka mengalami kekalahan dalam tahun 1575 di Ternate, dan setelah penaklukan Belanda atas Ambon, Maluku Utara dan Banda.[4] Pengaruh Portugis terhadap budaya Indonesia relatif kecil: sejumlah nama marga Portugis pada masyarakat keturunan Portugis di Tugu, Jakarta Utara, musik keroncong, dan nama keluarga di Indonesia bagian timur seperti da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, Queljo, dll. Dalam bahasa Indonesia juga terdapat sejumlah kata pinjaman dari bahasa Portugis, seperti sinyo, nona, kemeja, jendela, sabun, keju, dll.
sejarah penjajahan portugis di indonesia
Zaman Spanyol
Pelaut Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 setelah terlebih dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa Spanyol dimanfaatkan oleh rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate. Maka pada tahun 1534, diterbitkan perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya antara lain pernyataan bahwa bangsa Spanyol memperoleh wilayah perdagangan di Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada di Kepulauan Maluku.
Zaman Belanda
Pada zaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Sebelum revolusi industri, profesi akuntan belum dikenal secara resmi di Amerika ataupun di Inggris. Namun terdapat beberapa fungsi dalam manajemen perusahaan yang dapat disamakan dengan fungsi pemeriksaan. Selama masa penjajahan kolonial Belanda yang menjadi anggota profesi akuntan adalah akuntan-akuntan Belanda dan beberapa akuntan Indonesia. Pada waktu itu pendidikan yang ada bagi rakyat pribumi adalah pendidikan tata buku diberikan secara formal pada sekolah.
Kepulauan Seribu yang terletak di teluk Jakarta pada zaman penjajahan Belanda adalah perairan yang sibuk. Tahun 1619, ketika VOC mencengkeram tanah Jawa, Pulau Onrust, dan sekitarnya, termasuk Pulau Bidadari, dibuatlah benteng pertahanan … Pasalnya, pulau ini tak pernah sepi dari aktivitas bongkar muat kapal di masa itu. Sayangnya, benteng-benteng di Kepulauan Seribu ini berhasil dikalahkan Inggris di tahun 1800. Setelah dibangun lagi di tahun 1840 sebagai pangkalan .
Pada tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara- negara kawasan seperti … Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang. Mulanya Bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi mengikuti ejaan Belanda, hingga tahun 1972 ketika Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan.
Kecuali Indonesia dan Papua Barat sama-sama merupakan bagian penjajahan Belanda, kedua bangsa ini sungguh tidak memiliki garis paralel maupun hubungan politik sepanjang perkembangan sejarah. Masa depan: Tidak diikut-sertakannya rakyat Papua Barat sebagai subjek masalah di dalam Konferensi Meja Bundar, New York Agreement yang mendasari Act of Free Choice, Roma Agreement dan lain-lainnya merupakan pelecehan hak penentuan nasib sendiri yang dilakukan oleh pemerintah.
Menurut sejarah, kerajaan yang pernah menguasai Bangka Belitung adalah Sriwijaya, Majapahit, Malaka, Johor, Mataram, Banten dan Kesultanan Palembang. Selain itu, Bangka Belitung juga pernah dikuasasi oleh penjajah Belanda dan Inggris.
Eropa Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut … Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan- perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya. Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad. Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.
Zaman Inggris
Pemerintah Inggris mulai menguasai Indonesia sejak tahun 1811 pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles (TSR) sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Ketika TSR berkuasa sejak 17 September 1811, ia telah menempuh beberapa langkah yang dipertimbangkan, baik di bidang ekonomi, social, dan budaya. Penyerahan kembali wilayah Indonesia yang dikuasai Inggris dilaksanakan pada tahun 1816 dalam suatu penandatanganan perjanjian. Pemerintah Inggris diwakili oleh John Fendall, sedangkan pihak dari Belanda diwakili oleh Van Der Cappelen. Sejak tahun 1816, berakhirlah kekuasaan Inggris di Indonesia.
Zaman Jepang
Masa penjajahan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang. [is]

Created By